WELCOME TO MIA'S BLOG

Silahkan Mencarinya Di Sini

Rabu, 01 September 2010

Penggalan Ukiran Waktu Dalam Kisah Kita

Mengembara pada hari
Pondok-pondok hidup beri tawa dan lara
Kaktus yang berjuntai selalu jadi teman perjalanan


Sayup terdengar dalam fatamorgana gurun
Petikan dawai gitar kehidupan

Melantunkan melode yang menelusup

Dia....Sang pemetik dawai-dawai harmoni
Menjiwa dalam nada
Jadi oase yang mengalirkan air bagi asa yang layu

Senandungnya "....Kau hadir dan mengisi ruang sepi,
Tebarkan keindahan, pesona kemilau terpancar..
Kubahagia"

Suaranya makin lirih kala malam menjelang
Malam dan diam adalah belahan hatinya

Diam
Beri dia ruang bagi detak jantung
Dan bisikkan relung terdalam

Terbersit dalam benaknya
"...Dalam diam, semua terangkai indah walau sempat tak terucap"

"Malam tak lagi kelam", gumamnya
seekor kunang-kunang kecil menari di bawah rimbunan daun
Cahaya kecilnya mampu mencuri rasa ingin tahu

Sinaps sang pemetik dawai pun bermain
"Ah... mengapa tak kuiringi saja tarian cahaya kecil itu,
kuyakin malam kan lebih berwarna"


Dikejauhan kunang-kunang kecil tetap menari
walau kadang redup cahayanya



Untuk kisah kita yang pernah ada

Senin, 12 Juli 2010

Fatamorgana



Kami yang bertemu di persimpangan fatamorgana
Mengukir kembali jejak
Yang nyaris terhapus
Menyusun kembali bayang hitam
Yang enggan melangkah jauh

Kini kutulis kisah itu dalam malam
Yang beri aku ruang
Untuk rasa ini
Untuk bayang akan fatamorgana baru

Hanya melayang
Uh.... Jenuh
Ku ingin berpijak
Namun masih kubangun kaki-kaki malam ini

Rasa ini baru bagiku
Hanya sejumput sabar kan temani malamku

Malam masih indah bagiku

12 juli '10
Dengan 'rasa yang baru' ini

Dukung gerakan Anak Timor menulis

Sabtu, 03 Juli 2010

Bintang & Mimpi




Menelusup relung malam
Ada bintang
Kugantung mimpi
Yang kan terlihat lagi kala malam
dan kelam itu datang

Bintang tempat kukaitkan
Jalinan mimpi yang terjuntai

Ku-ulurtangan dengan darah yang berdesir
Gapai dan ukir senyuman pada bibir mereka

040710
*di tepi tempat tidur, kala mata ini masih enggan menutup*

Kamis, 24 Juni 2010

Pemandangan Indah di Kota Kelahiranku - Maumere (5)

Pemandangan Indah di Kota Kelahiranku - Maumere (4)

Pemandangan Indah di Kota Kelahiranku - Maumere (3)

Pemandangan Indah di Kota Kelahiranku - Maumere (2)

Pemandangan Indah di Kota Kelahiranku - Maumere (1)

Embun Pagi-Bulan


Berdiri di atas daun yang bersimbah embun malam
Beri nyawa baru pada hari
Cahaya dari timur mengalirkan hangat
Tiap jengkal tubuh


Merangkai bunga awan
Sembari dihembusi angin semilir dari tenggara
Kugantungkan asa di tiap ujung ranting itu

Menggemakan mimpi dari hati
Mungkin sang peri langit kan menghantarkan pada-Nya

Nyanyian burung menggiringku
Pada tanah merah di samping gedung tua
Membentuk segumpal boneka yang masih liat

Jarum terlalu cepat berputar…………..


Merangkak mencapai malam
Ku duduk di tepi bulan malam itu
Tuk gantungkan mimpiku
Sekali lagi


*My Room 24 juni 2010*

Chaos

Cabut ego ini
Kalau itu hanya membuatmu menangis

Terdesak dalam ambisimu
Masih terseok-seok
Mulai merangkai jaring

Beri aku ruang tuk berkoar
Hingga lepas semua kerak ini

Darah ini bergerilya
Entah sampai kapan….

Chaos…..


Cadas yang retak?????
Ah…… terlalu kuat kepalan tangan itu

* in my room
Friday, May 07, 2010
3:03 PM *

Cuma Sehela Napas

Ada yang berdesir
Ah… tapi cuma sehela napas ini

Ada yang berdenging
Begitu cepat… hingga tidak ada yang tertinggal di belakang

Kuraih sisa-sisa bayang itu
Hanya tuk memberi tanda pada tanah
kalau tangan ini pernah menyentuh bayang hitammu

Hanya tanah yang tahu sisa angan ini
Ku mau duduk bersatu dengan tanah
Membiarkan ranting kering ini menari
Bersama jemariku

Di tanah itu ada cerita
Ada kisah yang mungkin terhapus kala hujan itu datang

* In My Room*
20.39 WIB
080610

Little Firefly

Raga kunang-kunang ini kembali ber-Jiwa
Ditemui di ujung lorong panjang
Ada resonansi
Adrenalin terpacu
Sinaps bermain

Senyum mengalirkan endorfin
Menghempaskan yang abu-abu

Ada pipi merah merona
Seperti merpati putih

Terowongan panjang menyambut
Kan kutelusuri bersama endorfin yang terus mengalir

¤He called me Little Firefly¤
090610-09.40 WIB

Dalam Diam

Semua bisa terungkap
Dalam diam
Semua bisa terlihat
Dalam diam
Hanya
Dalam diam....

Dalam diam
Helaian nafas ini begitu brharga
Dalam diam
Ada suara kecil
Dari nurani yg terdengar jelas

Terangkai indah
Walau sempat tak terucap

Waktu kan menjawab
kapan diam itu kan berujar

Saat semua terasa tepat
Dalam diam
Hanya ada aku
Hanya ada kamu
Memadu kasih

Keheningan yang menemani
Dalam diam
Biarlah hati yang berkata

* Hasil dari dua kepala dan dua jiwa*

Kamis, 22 April 2010

Mempelaiku (versi lagu duet)

Meretas jalan
Dipayungi cakrawala
Mengurai hari di atas kasih

Kamu adalah separuh sayapku
Kutemukan
Kudekap dan terbang bersamamu

Berdua di depan arca
Kita
depan mereka kita berujar

Kau kekasihku
Jadi bagian daging dan jiwaku
Berdua mewarnai hari

Bersatu dalam nadi
Beri detak jantungku

Mereka masih dalam ragu dan tanya
Biar saja.....

Hanya kasih dan setia
Kan membuat jalan itu selalu ada

Hari ni kan menjadi selamanya

Sabtu, 17 April 2010

Mempelaiku


Berdua di depan arca
Kita
depan mereka kita berujar

Kau kekasihku
Jadi bagian daging dan jiwaku
Berdua mewarnai hari

Bersatu dalam nadi
Beri detak jantungku

Mereka masih dalam ragu dan tanya
Biar saja.....

Hari ni kan menjadi selamanya

* kutulis setelah menghadiri Misa Pemberkatan Nikah*
Surabaya, 17 April 2010

Kamis, 15 April 2010


Ini potret pantai di pulau Alor............

Rabu, 14 April 2010

Sunyiku

Keluar dari ragaku,
menatap tak lebih dari seonggok daging bertopangkan tulang belulang tak bertenaga
dan bernafas di sudut ruang sepi.
Nafasnya pergi...
Pergi jauh mencari dan menemukan arti hembusan nafas kehidupan
Jiwanya merindukan kebebasan....
Namun kebebasan yang tetap menjadikan dia bersatu dengan onggokan daging di ruang sepi
Kebebasan yang membuatnya nyata dan melenyapkan ke-maya-annya selama ini

Kerinduanku

kerinduanku merangkak, suaranya masih kudengar
aliran darahku membawa senandung kerinduanku menelusuri rongga pembuluh darahku
kutersentak, Asaku begitu kuat untuk menggapainya
sulur-sulurku terjuntai hendak merengkuhnya
Aku sadar kalau aku masih merindukannya hingga saat ini
untuk apa harus kuhapuskan rasa ini... justru inilah yang aku dambakan
aku dapat bersandar pada lengannya, aroma tubuhnya masih segar diingatanku
Aku dibawa pada memori masa itu

Teringat masa kecilku
kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu
buatku melambung
Disisimu terngiang
hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala
mimpi-mimpi serta harapanmu

Kau inginku menjadi
yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan
dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
terbelenggu jatuh dan terinjak

Tuhan tolonglah
sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah
betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan
ku mampu penuhi maumu

[SBY, 28 April 2009 SC lt. 1]

Untitled

gelisah, anganku terpaut padanya
sapaannya menggetarkan relung terdalamku
mereguk air dari kerinduanku
mencari bayang yang bukan hitam melainkan abu-abu
terlalu pagi buat memastikan resonansi dalam ruang kesendirianku, mungkin hanya aku dan waktu yang kan menelusurinya
ikan yang berenang dalam kaca itu seakan menatapku penuh arti
menatap kesendirianku dan anganku yang melayang mencari

……………………………………
suara kran air sempat membuatku kembali pada ruang sepi dan memanggil pulang anganku

[30 April '09]

BAU TANAH YANG BASAH

Mainkan lentik indah jarimu
Lenggokan tubuhmu beriramakan kebebasan
Torehkan senyuman itu di bibir indahmu

Sorot mata yang dalam
Lempar pandanganmu
hingga kau temukan bau tanah yang basah karena hujan diawal musim

Sulaman dan bongkahan hati

Benang-benang bebas
Kan kusulam

kusulam dengan jari lentik ini

sulaman pembungkus hatiku

Hati yang kukirim tanpa setetes cairan lilin

Biarkan bongkahan hati berbalut sulaman
Mengarungi luasnya lautan

(with sincerely)

Bayang

Sayup
gesekan daun beradu bersama
derai gaduh cicak
di dinding tembok tua

angin malam
hanya berlenggok gemulai

aku dan dia
hanya bayang lusuh
nyaris tak berbentuk
pada sisa reruntuhan tembok itu

Ada Mata Hati

Malam sepi
hanya ada semilir angin
yang tak mampu menggerakan juntaian kaktus

terlalu lemah, mungkin
aku masih ada untukmu

tawa, alunan suara dari balik barisan gigi-geligimu yang tersusun rapi

sore tadi masih dapat kuingkari rasa ini
namun, saat ini hatiku ingin lepas bebas

rasa ini berselimutkan ragu dan cemas
kusimpan di sudut yang hanya dapat kubuka.... kadang-kadang
yang tak seorang pun tahu, apalagi dia

dimana kucari
kuterobos dengan mata hati
melalui rimbunnya pepohonan
di semak, aku terjatuh dan terluka

terjatuh dalam pencarian
namun aku bangkit
dan terus menyibak gelapnya malam dengan mata hatiku

ada yang pernah berujar padaku: mata hatimu kan menemukanku dalam gelap dan pekatnya malam
karena mata hati kita begitu terang oleh kejujuran yang tidak dapat disangkal

Kaki Langit Malam

Dia
Aku

Berjalan menelusuri kaki langit malam
Hanya dengan sedikit berujar
Bibirnya kaku
Lidahku keluh

Dengan agak tertatih ....
Kaki yang diujung jalan itu membawa aku
Mungkin juga dia
Pada pondok dengan kaktus yang berjuntai

Aku Mau Denting Piano Itu

Malam kelam
sayup-sayup....
Denting piano dari gelapnya rimba
kutersesat...

Mencari jejak
bulan membisikkan suara alam

langit malam kan segera berlalu
membawa pergi keping mozaik kehidupan yang usang
Pagi kan menari
Dengan sayapnya yang baru

(5 september, di ruang kecil berukuran 3mx4m)

Bulan Aku Malu

Malam
aku bukan pecundang

hanya malu dilihat bulan

menari dengan sebelah sayap
menutup merah pipi

tesenyum

tapi malu
(buat malam dan siangku)

Di Ujung Taman Itu

Aku termangu
di ujung taman itu

Ingin kubunuh rasaku
Hatiku menjerit

Kumasih termangu
di ujung taman itu

Akankan awan datang menjemputku?
Hingga hanya tersisa aku dan taman kosong

Aku masih bisa bersenandung
(Buat sobatku)

Di Ujung Taman Itu

Aku termangu
di ujung taman itu

Ingin kubunuh rasaku
Hatiku menjerit

Kumasih termangu
di ujung taman itu

Akankan awan datang menjemputku?
Hingga hanya tersisa aku dan taman kosong

Aku masih bisa bersenandung
(Buat sobatku)

Senin, 12 April 2010

tUmPuL


Kau lidah kami
bukan lidah dari keserakahan dan keegoisanmu
Tengoklah keluar

kami yang merayap dan tertatih dalam hari-hari hidup

Maling berjubah indah
apalagi yang akan kau keruk dari rakyat yang kian terpuruk???

¤Asah nurani yang kian hari kian menumpul!¤

Barisan Angsa Putih


Kabut dan barisan angsa putih menyambut pagiku
suara malam masih menggema di telingaku

Suara kita memberi nafas pada hari


memberi tenaga pada kaki tuk berpijak

Beri raga dan jiwa kita bagi mereka


Mari kayuhkan roda hingga kita kan bersuai kembali dimalam nanti


(Geng Soang alias barisan Angsa putih yang selalu lewat di depan rumah kontrakan di tempat KKN desa Durungbedug)
* buat Mbah, papa, mama, om, dan 17 orang anaknya*

HaNyA KaMuFlAsE


Gelak tawa
Ku berdendang
Seakan bahagia

Ah, itu hanya kamuflase
pecundang yang ditinggal malam
mencari jejak malam yang tak kunjung kau dapati

Mengapa tidak kau robek saja tirai usang itu??

Jiwaku telah kembali
pada onggokan daging dan tulang

Dia nyata....
Nyata tuk ku rengkuh
dan ku bawa pergi menggapai daratan
di seberang samudera itu

* for my lovely brother, JACK*

MaLaM


Bulan masih tinggi
malam masih pekat

kukirimkan asa

ada tanya

akankah berjawab??

Hanya bisu
jangkrik lebih gaduh

selalu kuselipkan satu asa bagimu

di sana...

Di seberang laut biru itu